Jumat, 01 November 2019

Materi Kelas XI Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

“Mengapa pemerintah tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya lalu dibagikan kepada orang miskin?”. Dengan demikian masalah kemiskinan akan selesai. Apakah benar ada yang berpikir demikian?
Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Bank Indonesia tidak bisa secara sembarangan mencetak uang, bahkan Bank Indonesia akan selalu memantau jumlah peredarannya. Uang yang beredar di masyarakat tidak boleh terlalu banyak maupun terlalu sedikit. Jika jumlah yang beredar terlalu sedikit, maka akan terjadi krisis, masyarakat susah mendapatkan uang, daya beli rendah, dan akhirnya para pengusaha pun akan gulung tikar. Jika jumlah yang beredar terlalu banyak juga akan menurunkan nilai mata uang tersebut. Untuk itu, jumlah uang yang beredar harus diatur agar tercapai kestabilan dan keseimbangan ekonomi. Kebijakan yang mengatur jumlah uang yang beredar inilah yang disebut kebijakan moneter.
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah melalui bank sentral untuk mempertahankan, menambah, atau mengurangi jumlah uang beredar dalam rangka mengendalikan perekonomian.

Peran dan Fungsi Kebijakan Moneter

Peran dan fungsi kebijakan moneter sebagai berikut.

a. Peran Kebijakan Moneter

   Peran kebijakan moneter dalam perekonomian dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi pada Berbagai Sektor Ekonomi
Nilai tukar yang stabil dapat menstabilkan harga dan inflasi. Dengan kondisi tersebut, kegiatan ekonomi yang dilakukan rumah tangga konsumen, rumah tangga produsen, dan rumah tangga pemerintah dapat berjalan dengan baik.
2.      Menjaga Kestabilan Ekonomi untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan arus barang dan/atau jasa serta arus perputaran uang berlangsung secara berimbang. Untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan arus barang dan jasa dengan tingkat perputaran uang, bank sentral perlu mengatur jumlah uang beredar.
3.      Menjaga Stabilitas Harga untuk Mengurangi Inflasi
Jumlah uang beredar yang melebihi kebutuhan menyebabkan harga-harga mengalami kenaikan atau inflasi. Jumlah uang beredar dalam masyarakat memberi pengaruh pada tingkat harga yang berlaku. Daya beli masyarakat yang stabil dapat mendorong keadaan ekonomi yang kondusif dan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.

b.      Fungsi Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter berfungsi memacu pembangunan dengan memengaruhi biaya dan pengadaan kredit, pengendalian inflasi, dan mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran. Fungsi lain kebijakan moneter antara lain mendapatkan dan mengambil manfaat dari struktur tingkat suku bunga yang paling sesuai, menyeimbangkan permintaan dan penawaran uang, menyediakan fasilitas kredit yang tepat bagi perekonomian dan menghentikan perkembangan yang tidak semestinya, serta untuk pendirian, pelaksanaan, dan pelunasan lembaga keuangan.

Instrumen Kebijakan Moneter

Bank Indonesia memerlukan alat atau instrumen tertentu untuk menjalankan peran dan fungsi kebijakan moneter. Berikut instrumen kebijakan moneter yang digunakan Bank Indonesia.
Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Bentuk Instrumen Kebijakan Moneter

a.       Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Pada operasi pasar terbuka, Bank Indonesia dapat menjual atau membeli surat berharga di pasar uang, misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila terjadi kelebihan jumlah uang beredar, bank sentral akan menjual SBI sehingga memengaruhi cadangan bank umum dan menarik uang beredar, dan sebaliknya.
b.      Politik Diskonto (Discount Rate Policy)
Politik diskonto merupakan suatu kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menambah dan mengurangi jumlah uang beredar dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila pemerintah melalui bank sentral menaikkan suku bunga, jumlah uang beredar akan berkurang karena masyarakat atau bank umum cenderung menyimpan uang di bank. Sebaliknya, apabila BI menurunkan suku bunga, jumlah uang beredar akan bertambah. Menurunkan suku bunga biasanya dilakukan pemerintah saat mengalami kelesuan ekonomi, resesi, atau mengalami deflasi.
c.       Politik Cadangan Kas (Cash Ratio)
Politik cadangan kas merupakan kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan cadangan minimum bank umum. Apabila bank sentral menaikkan cadangan kas, berarti bank sentral ingin mengurangi jumlah uang beredar. Kondisi ini dapat terjadi karena dengan naiknya cadangan cadangan kas berarti bank umum harus lebih banyak menahan uang tunai untuk disalurkan dalam bentuk kredit.
d.      Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan kredit selektif merupakan kebijakan mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dengan cara menentukan syarat-syarat yang ketat untuk memperoleh pinjaman (kredit). Kredit selektif dilakukan dengan cara menentukan syarat-syarat kredit ketat ini, bank sentral dapat mengontrol jumlah uang beredar dalam masyarakat.
e.       Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Imbauan moral merupakan cara yang ditempuh bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang beredar dengan mengarahkan atau mengimbau lembaga perbankan dan masyarakat. Imbauan moral dilakukan bank sentral melalui media massa, pengumuman, atau pidato untuk memengaruhi lembaga moneter dan individu atau masyarakat yang bergerak di bidang moneter.
f.       Kebijakan Devaluasi dan Revaluasi
Devaluasi merupakan kebijakan menurunkan kurs mata uang rupiah terhadap mata uang asing untuk memperbaiki neraca pembayaran. Dengan kebijakan devaluasi diharapkan harga-harga barang ekspor menjadi relatif lebih murah di luar negeri sehingga ekspor meningkat. Sementara itu, harga barang luar negeri (dalam mata uang rupiah) menjadi lebih mahal sehingga dapat mengurangi impor. Naiknya ekspor dan turunnya impor akan mendorong neraca pembayaran menjadi surplus.
g.      Kebijakan Sanering
Sanering adalah kebijakan bank sentral untuk memotong nilai mata uang dalam negeri (rupiah). Sanering pernah dilakukan Indonesia pada tahun 1950 dengan memotong uang sebesar 50%. Jadi, uang dengan nominal Rp1.000,00 nilainya tinggal Rp500,00. Kemudian tahun 1965, pemerintah kembali memotong nilai uang Rp1.000,00 sebanyak 99,9%, dengan demikian uang Rp1.000,00 nilainya tinggal 1,00.
h.      Mencetak Uang Baru dan Menarik Uang Lama
Mencetak uang baru bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif kebijakan pemerintah untuk menambah jumlah uang yang beredar. Sebaliknya, menarik atau memusnahkan uang lama dilakukan bank sentral dalam rangka mengurangi jumlah uang beredar.

Dampak Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian

Dampak kebijakan moneter terhadap perekonomian sebagai berikut.
a.       mempertahankan kestabilan harga.
b.      menjaga agar likuiditas dalam perekonomian sesuai kebutuhan.
c.       melancarkan transaksi perdagangan.
d.      mengurangi dampak inflasi terhadap perekonomian.

Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal (fiscal policy) atau kebijakan anggaran diartikan sebagai tindakan pemerintah dalam bidang anggaran diartikan sebagai tindakan pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara untuk memengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan fiskal juga diartikan sebagai kebijakan pemerintah dalam mengatur penerimaan dan pengeluaran negara untuk memengaruhi perekonomian nasional. Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan pendapatan dan pengeluaran negara atau APBN.
Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Instrumen Kebijakan Fiskal

Instrumen kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Jika kebijakan moneter diberlakukan untuk mengatur jumlah uang beredar, kebijakan fiskal menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Kebijakan fiskal dibuat pemerintah untuk mencapai dan mempertahankan kestabilan ekonomi. Kestabilan ekonomi melalui kebijakan fiskal dapat dicapai dengan peningkatan investasi, perluasan kesempatan kerja, pemerataan distribusi pendapatan, dan pertumbuhan ekonomi.

Peran dan Fungsi Kebijakan Fiskal

Peran Kebijakan Fiskal

Peran kebijakan fiskal dalam perekonomian dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      Meningkatkan PDB dan pertumbuhan ekonomi
Saat mengalami kelesuan ekonomi (resesi) pemerintah akan menambah jumlah anggaran belanja untuk membeli barang dan/atau jasa. Anggaran yang telah ditambahkan pemerintah dapat meningkatkan produksi suatu perusahaan sehingga produksi nasional juga meningkat. Apabila produksi nasional meningkat, pertumbuhan ekonomi juga terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh pada kebijakan fiskal yang terwujud dalam APBN.
2.      Memperluas kesempatan kerja dalam rangka mengatasi pengangguran dan kemiskinan
Pengeluaran pemerintah yang dianggarkan untuk menyediakan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi bertujuan menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan usaha produktif. Dengan kebijakan fiskal, pemerintah dapat memusatkan pembangunan di daerah pedesaan. Pemerintah juga dapat mendorong industri rumah tangga melalui pemberian modal atau pelatihan bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar pengangguran dan kemiskinan berkurang. Selain pengadaan sarana dan prasarana untuk pembangunan, pemerintah harus mengatasi laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Jika jumlah penduduk tidak dapat dikendalikan, akan menambah angkatan kerja sehingga kesempatan kerja semakin berkurang. Pembangunan ekonomi yang cepat dapat terjadi apabila kenaikan kesempatan kerja dan pendapatan lebih tinggi daripada laju pertumbuhan penduduk.
3.      Menstabilkan harga-harga barang
Dengan kebijakan fiskal, kenaikan atau penurunan harga-harga secara tajam dapat dicegah.
4.      Menciptakan pemerataan distribusi pendapatan
Dengan pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik yang dianggarkan dari APBN, kondisi perekonomian masyarakat akan mengalami kenaikan. Dengan demikian, kesenjangan pendapatan antara masyarakat daerah satu dengan daerah lain dapat dikurangi. Apabila anggaran APBN digunakan sesuai waktu dan tempat yang tepat akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan merata.

Fungsi Kebijakan Fiskal

Fungsi kebijakan fiskal merupakan fungsi APBN. Fungsi utama kebijakan fiskal yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.

Instrumen Kebijakan Fiskal

a.       Pajak
Pajak memberikan dampak langsung yang sangat terasa pada perekonomian suatu negara. Pajak merupakan kontribusi kepada negara oleh pribadi atau badan usaha yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang untuk kepentingan negara bagi kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh, kontribusi pajak dalam penerimaan negara Indonesia pada tahun 2008-2015 selalu berada di atas 70%. Jika pajak diturunkan, daya beli masyarakat akan meningkat. Kondisi tersebut akan berdampak positif bagi sektor perekonomian lain seperti industri. Meskipun demikian, kebijakan tersebut akan mengurangi penerimaan negara dari sektor pajak.
b.      Belanja pemerintah
Saat terjadinya kelesuan perekonomian, pemerintah akan menaikkan gaji pegawai negeri. Kenaikan tersebut ditujukan untuk meningkatkan permintaan agregat masyarakat. Kestabilan jumlah permintaan agregat mampu mendorong kestabilan produksi rumah tangga produsen (perusahaan) sehingga jumlah output dalam perekonomian tetap terjaga.
c.       Subsidi
Subsidi merupakan pembayaran yang dilakukan pemerintah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai tujuan tertentu sehingga dapat memproduksi atau mengonsumsi suatu produk dengan harga terjangkau. Kebijakan ini ditempuh pemerintah dalam upaya pengendalian harga untuk melindungi produsen dan konsumen sekaligus menekan laju inflasi.
d.      Pinjaman publik
Pemerintah membutuhkan dana untuk meningkatkan kualitas perekonomian melalui pembangunan infrastruktur atau pengadaan barang. Pendapatan pajak atau sumber pendapatan negara lainnya kadang tidak dapat memenuhi. Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil langkah untuk meminjam dana yang disebut pinjaman publik. Mekanisme pinjaman publik dilakukan dengan menerbitkan obligasi (surat berharga), baik obligasi jangka pendek, menengah, maupun obligasi jangka panjang. Obligasi tersebut bisa dibeli investor dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, kebijakan pinjaman publik diperoleh pemerintah dengan menerbitkan surat berharga berupa Surat Utang Negara (SUN). Masyarakat yang membeli atau memegang surat berharga tersebut akan menerima pembayaran bunga atau kupon dari pemerintah. Pinjaman publik ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri.

Jenis-Jenis Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran ditinjau dari aspek perbandingan jumlah penerimaan dan pengeluaran dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.       Kebijakan anggaran seimbang, merupakan kebijakan dengan menyusun penerimaan dan pengeluaran sama besar. Kebijakan ini menyebabkan negara tidak perlu berutang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Jika terjadi depresi (kelesuan ekonomi), negara sebaiknya tidak menggunakan kebijakan anggaran seimbang karena dapat memperburuk perekonomian.
b.      Kebijakan anggaran defisit, merupakan kebijakan dengan menyusun pengeluaran lebih besar daripada penerimaan yang berakibat negara mengalami defisit anggaran. Kebijakan ini diterapkan suatu negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Perekonomian

Kebijakan fiskal akan berpengaruh terhadap perekonomian melalui penerimaan dan pengeluaran negara. Dalam perhitungan penerimaan dan pengeluaran negara akan diperoleh anggaran surplus atau defisit APBN. Apabila anggaran dalam APBN mengalami surplus, akan terjadi peningkatan kegiatan perekonomian yang besarnya bergantung pada pengaruh anggaran surplus tersebut. Anggaran surplus tersebut akan digunakan untuk membayar utang pemerintah dan program pembangunan lainnya. Apabila terjadi defisit, pengeluaran pemerintah dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri atau dalam negeri.
Pengeluaran pemerintah yang disalurkan secara tepat, berdampak pada meningkatnya perekonomian suatu negara seperti pelaksanaan pembangunan fasilitas publik. Fasilitas penting lainnya juga dapat merata apabila alokasi pengeluaran pemerintah tepat sasaran. Pengeluaran pemerintah lainnya juga berdampak pada distribusi pendapatan yang meningkat melalui peningkatan gaji pegawai negeri. Kebijakan fiskal perlu diperhatikan agar kegiatan ekonomi tetap stabil dan tidak memicu krisis ekonomi.

Sumber : Buku PR Ekonomi Intan Pariwara, dan sumber relevan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar