Sabtu, 05 Oktober 2019

Materi Kelas XI Indeks Harga dan Inflasi

 Ada berbagai macam barang yang dapat kita temukan di pasar. Setiap barang mempunyai harga yang berbeda-beda. Sangatlah sulit bagi kita untuk membandingkan harga bermacam-macam barang itu sebab ada harga barang yang naik dan ada harga barang yang tetap, dan ada pula harga barang yang turun. Seandainya harga semua barang berubah ke arah yang sama dan dalam perbandingan yang sama, perubahan harga itu tidak akan memberi banyak pengaruh. Misalnya, bila harga semua barang yang biasa dibeli oleh masyarakat naik dua kali lipat, tetapi penghasilan mereka juga naik dua kali, tingkat hidup atau pendapatan riil masyarakat tidak mengalami perubahan. Tetapi kenyataannya, harga-harga berubah. Oleh karena itu, pengaruh perubahan harga berbeda-beda untuk berbagai lapisan masyarakat. Kenaikan biaya hidup terasa berat sekali bagi keluarga yang berpenghasilan tetap.

Indeks Harga dan Inflasi
Indeks Harga dan Inflasi




Indeks Harga


Kenaikan tingkat harga-harga secara umum diukur dari hasil pencatatan barang-barang di berbagai kota. Perhitungan dilakukan tiap bulan dengan menggunakan angka indeks. Angka indeks adalah angka yang diharapkan dapat memberitahukan perubahan-perubahan variabel sebuah atau lebih karakteristik pada waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan.

Sebenarnya ada beberapa macam angka indeks, namun pada bahasan ini akan kita bicarakan indeks harga. Indeks harga diartikan perbandingan perubahan harga dari tahun tertentu dan tahun dasar untuk mengetahui perkembangan kondisi ekonomi. Dalam perhitungan indeks harga terdapat tiga kemungkinan berikut.

1.       Jika indeks harga lebih dari 1, berarti tingkat harga mengalami kenaikan.
2.      Jika indeks harga kurang dari 1, berarti harga mengalami penurunan.
3.      Jika indeks harga sama dengan 1, berarti harga tetap.
Indeks harga berperan sebagai :
a.      Alat bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan harga pada masa mendatang.
b.      Alat ukur untuk membandingkan kemajuan ekonomi suatu negara pada masa kini dan masa sebelumnya.
c.       Sebagai dasar untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemajuan dan/atau kemunduran ekonomi negara.
d.      Sebagai dasar untuk menetapkan pola kebijakan ekonomi secara agregat dan kebijakan moneter.

1.       Jenis-Jenis Indeks Harga
Menurut BPS, indeks harga dikelompokkan sebagai berikut:
a.      Indeks Harga Konsumen (IHK)
IHK merujuk pada perubahan harga suatu barang dan/atau jasa yang dibeli konsumen pada waktu tertentu. IHK memuat data mengenai harga barang dan/atau jasa yang dikumpulkan dari berbagai daerah/kota. IHK dihitung menggunakan metode indeks harga laspeyers dan indeks harga paasche. IHK memiliki ciri-ciri antara lain:
1)      hanya mengukur harga barang dan/atau jasa yang dibeli konsumen.
2)     IHK meliputi barang dan/atau jasa domestik dan barang impor
3)     komponen biaya-biaya bunga dalam IHK mewakili biaya perumahan.
b.      Indeks Harga Produsen
IHP menggambarkan perbandingan harga barang dan/atau jasa yang dibeli produsen pada waktu tertentu meliputi bahan mentah dan bahan setengah jadi.  Ciri-ciri IHP antara lain:
1)      mengukur harga barang yang dibeli produsen
2)     mengukur indeks harga pada awal sistem distribusi atau penyaluran barang dan/atau jasa
3)     sebagai indikator perkembangan siklus bisnis di suatu negara.
Jenis barang yang dapat digunakan untuk mengukur IHP dikelompokkan sebagai berikut:
1)      sektor pertanian
2)     sektor pertambangan
3)     sektor industri
c.       Indeks Harga yang Harus Dibayar dan Diterima Petani
Indeks harga yang dibayar petani menggambarkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik kebutuhan konsumsi rumah tangga ataupun proses produksi pertanian.
d.      Indeks Harga Implisit (PDB Deflator)
Indeks ini digunakan mengetahui tingkat inflasi dilihat dari aspek perekonomian secara makro.

2.      Metode Perhitungan Indeks Harga

Indeks Harga dan Inflasi


Kelemahan indeks laspeyres yaitu hasil perhitungan lebih besar. Harga cenderung barang cenderung naik sehingga jumlah barang yang diminta menurun.

Berikut ini data perkembangan indeks harga dari BPS pada bulan September 2019. Data ini juga menggambarkan tingkat inflasi dalam bulan tersebut.
Indeks Harga dan Inflasi
Data Perkembangan Indeks Harga Bulan September 2019

Inflasi



Pernahkah kalian berpikir bahwa uang yang kalian miliki makin hari makin turun nilainya? Orang-orang sering bilang bahwa uang tidak berharga lagi. Hal ini cukup beralasan, bayangkan saja, dahulu dengan uang Rp5.000,00 kalian sudah bisa membeli mie ayam, es cream, bensin, dan bahkan membayar parkir berkali-kali. Namun sekarang, uang segitu hanya cukup untuk membeli 1 mangkuk mie ayam saja bahkan kemungkinan kurang. Uang Rp5o.000,00 dulu cukup untuk belanja bahan makanan untuk 5 hari, namun saat ini kemungkinan hanya akan cukup untuk membelinya 1-2 hari saja. Turunnya nilai uang salah satunya disebabkan adanya inflasi.

Inflasi bukan hal yang asing lagi dalam pembahasan ekonomi di Indonesia. Di dalam berita, baik di media cetak maupun elektronik, seringkali inflasi menjadi topik hangat bidang ekonomi. Inflasi di Indonesia menjadi permasalahan yang terjadi dari tahun ke tahun. Inflasi dapat diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum yang berlangsung terus-menerus. Saat terjadi inflasi, daya beli masyarakat akan menurun karena nilai riil uang (rupiah) menurun.

Selain istilah inflasi, dalam ekonomi juga dikenal istilah deflasi sebagai keadaan kebalikan dari inflasi. Deflasi adalah keadaan semakin turunnya harga-harga barang, atau suatu keadaaan semakin meningkatnya nilai uang.

Pada saat inflasi, harga-harga barang naik, sebaliknya ketika terjadi deflasi harga-harga barang turun, tetapi harus diingat bahwa pada waktu terjadi inflasi maupun deflasi tidak semua harga-harga barang berubah dengan ragam dan arah yang sama.
Komponen yang mempengaruhi terjadinya inflasi adalah sbb:
Ø  Kenaikan harga
Ø  Bersifat umum
Ø  Berlangsung secara terus – menerus
Inflasi yang diukur dengan IHK dikelompokkan dalam tujuh kelompok pengeluaran yaitu:
Ø  kelompok bahan makanan
Ø  kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau
Ø  kelompok perumahan
Ø  kelompok sandang
Ø  kelompok kesehatan
Ø  kelompok pendidikan dan olahraga
Ø  kelompok transportasi dan komunikasi.

1.       Faktor-Faktor Penyebab Inflasi

Inflasi dapat terjadi karena uang beredar terlalu banyak sehingga masyarakat semakin ingin membelanjakan uangnya. Apabila jumlah barang yang tersedia tidak diimbangi dengan permintaan pasar, harga barang akan naik. Secara umum inflasi terjadi disebabkan faktor-faktor sebagai berikut.
a.      meningkatnya permintaan agregat.
b.      terhambatnya produksi barang dan jasa (supply aspect) akan mengakibatkan pasokan barang kebutuhan masyarakat terhambat.
c.       ketidakseimbangan jumlah uang beredar dan jumlah barang dalam masyarakat.
d.      naiknya harga BBM dan TDL.
e.      banyaknya jumlah uang beredar dalam masyarakat karena penerbitan uang baru oleh otoritas moneter.
f.        adanya desakan kelompok tertentu untuk memperoleh kredit dengan bunga ringan.
g.      adanya fluktuasi dari sektor luar negeri (ekspor/impor), investasi, tabungan dan penerimaan negara.

2.      Jenis-Jenis Inflasi

Secara umum, jenis-jenis inflasi dikelompokkan sebagai berikut.
a.      Berdasarkan sumbernya
1)      Inflasi dalam negeri
Cth : karena penerbitan uang baru, kegagalan panen.
2)     Inflasi luar negeri
Cth : naiknya barang impor.
b.      Berdasarkan cakupan pengaruh kenaikan harga
1)      Inflasi tertutup (closed inflation), yaitu kenaikan harga secara umum yang berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu secara berkelanjutan.
2)     Inflasi terbuka (open inflation), yaitu kenaikan harga barang yang terjadi secara keseluruhan.
3)     Inflasi tidak terkendali (hyperinflation), yaitu inflasi yang tinggi sehingga harga barang terus berubah dan naik.
c.       Berdasarkan tingkat keparahan
1)      inflasi ringan (Laju inflasi kurang dari 10% per tahun).
2)     inflasi sedang (laju inflasi pada tingkat 10-30% per tahun).
3)     inflasi berat (laju inflasi pada tingkat 30-100% per tahun).
4)     inflasi tidak terkendali (laju inflasi di atas 100% per tahun).
d.      Berdasarkan penyebabnya
1)      Inflasi tarikan permintaan (demand full inflation)
Inflasi ini terjadi karena bertambahnya permintaan yang dilakukan masyarakat, investor, atau pemerintah terhadap suatu barang tertentu.
2)     Inflasi dorongan biaya (cost push inflation)
Inflasi ini terjadi karena naiknya biaya produksi, seperti naiknya biaya bahan baku dan naiknya gaji.

Ada beberapa negara yang pernah mengalami hiperinflasi. Pada November 2016 kenaikan harga di Venezuela mencapai 219% per bulan dan naik dua kali lipat setiap 18 hari. Kenaikan harga pada Agustus 2018 mencapai 65.000%. Selain Venezuela, berikut beberapa negara yang pernah mengalami hiperinflasi.
1.    Hungaria (1946) tingkat inflasi harian 207%, harga naik dua kali lipat setiap 15 jam. Pada Juli 1946 inflasi mencapai 41.900 triliun%.
2.     Zimbabwe (2008), tingkat inflasi harian 98%, harga naik dua kali lipat setiap 25 jam. Pada November 2008, kenaikan harga mencapai 79 miliar% per bulan.
3.    Yugoslavia (1994), tingkat inflasi harian 65%, harga naik dua kali lipat setiap 34 jam. Pada awal tahun 1994 harga naik 313 juta% per bulan.
4.     Jerman (1923), tingkat inflasi harian 21%, harga naik dua kali lipat setiap 3 hari 17 jam. Pada Oktober 1923 inflasi mencapai 29.500% per bulan.
5.     Yunani (1944), tingkat inflasi harian 18%, harga naik dua kali lipat setiap hari 6 jam. Pada November 1944 inflasi mencapai 13.800% per bulan.

3.   Perhitungan Laju Inflasi

Data yang diperlukan untuk menghitung inflasi adalah indeks harga. Jenis indeks harga yang digunakan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menghitung inflasi adalah indeks harga konsumen (IHK).

Indeks Harga dan Inflasi

4.    Dampak Terjadinya Inflasi

Secara umum, inflasi membawa dampak positif dan dampak negatif bagi kelompok masyarakat tertentu.
a.      Bagi Pemilik Penghasilan Tetap dan Tidak Tetap
Kelompok masyarakat berpenghasilan tetap akan mengurangi daya belinya. Sedangkan kelompk masyarakat berpenghasilan tidak tetap, seperti pedagang, akan memperoleh keuntungan dari naiknya harga jual.
b.      Bagi Penabung
Saat terjadi inflasi, nilai riil uang menurun. Kondisi ini dapat merugikan masyarakat yang menabung dalam bentuk uang tunai. Masyarakat pun enggan menabung uang tunai. Jika tingkat tabungan menurun, sektor usaha dan investasi tidak berkembang.
c.       Bagi Debitur dan Kreditur
Bagi debitur (orang yang meminjam uang), inflasi akan menguntungkannya. Pada saat pembayaran utang, nilai riil uang lebih rendah dibandingkan saat meminjam uang. Bagi kreditur sebaliknya.
d.      Bagi Produsen
Pada saat terjadinya inflasi, produsen akan menaikkan harga jual.
e.      Bagi Perekonomian Nasional
1)      meningkatnya suku bunga
2)     menurunnya tingkat inflasi
3)     menurunnya daya saing produk nasional
4)     menimbulkan defisit neraca pembayaran
5)     mendorong penanaman modal bersifat spekulatif
6)     menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan ekonomi
7)     merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
8)    menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi pada masa akan datang.

5.      Cara Mengatasi Inflasi

Inflasi berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat dan perekonomian suatu negara. Terkait inflasi, pemerintah dapat menerapkan kebijakan moneter, fiskal, serta nonmoneter dan nonfiskal.
a.      Kebijakan Moneter
Tujuan kebijakan moneter adalah menciptakan dan mempertahankan stabilitas harga. Kebijakan yang diberlakukan adalah :
1)      kebijakan diskonto, yaitu kebijakan menaikkan suku bunga bank untuk mengurangi jumlah uang beredar.
2)     kebijakan pasar terbuka, yaitu kebijakan menjual surat berharga untuk mengurangi jumlah uang beredar dalam masyarakat.
3)     cadangan kas minimum, yaitu kebijakan menaikkan persentase cadangan kas minimum di bank umum.
4)     kebijakan kredit selektif, yaitu kebijakan mengurangi jumlah uang beredar dengan memperketat persyaratan kredit.
b.      Kebijakan Fiskal
Kebijakan yang diberlakukan sebagai berikut:
1)      mengatur pengeluaran pemerintah
2)     meningkatkan tarif pajak
c.       Kebijakan Nonmoneter dan Nonfiskal
1)      peningkatan kapasitas produksi
2)     menetapkan harga ecer tertinggi (HET)
3)     melarang impor barang dari negara yang sedang mengalami inflasi
4)     menjaga kestabilan tingkat upah melalui penetapan UMR
5)     melakukan pengaturan distribusi barang
6)     mempermudah masuknya barang impor dengan menurunkan tarif impor

 Permintaan dan Penawaran Uang

Inflasi menyebabkan penurunan nilai riil uang yang akan memengaruhi permintaan dan penawaran uang. Kebutuhan masyarakat atau uang yang akan digunakan dalam proses konsumsi dan produksi disebut permintaan uang. Pihak yang berwenang menyediakan (menawarkan) uang yaitu Bank Indonesia.

1.       Uang

Dalam KBBI Edisi Kelima, uang diartikan alat tukar atau standar ukur nilai (satuan hitung) yang sah, terbuat dari kertas, emas, perak, atau logam yang dicetak pemerintah suatu negara. Adanya uang memungkinkan aktivitas ekonomi berlangsung praktis dan mudah. Uang berkaitan dengan sesuatu yang diterima masyarakat sebagai alat tukar atau pembayaran yang sah.
a.      Fungsi Uang
Fungsi uang dibedakan menjadi dua yaitu:
1)      Fungsi asli, meliputi uang sebagai alat tukar dan alat hitung (menunjukkan nilai barang dan/atau jasa serta membandingkan nilai suatu barang.
2)     Fungsi turunan, meliputi uang sebagai alat penunjuk harga, alat pembayaran, alat penyimpan kekayaan, alat penyimpan nilai, standar (ukuran) pembayaran masa depan, alat pembentuk dan pemindah kekayaan, alat pendorong kegiatan ekonomi, serta alat pencipta kesempatan kerja.
b.      Jenis-Jenis Uang
Jenis-jenis uang terdiri atas uang kartal, uang giral, dan uang kuasi.
1)      Uang kartal, terdiri atas uang kertas dan uang logam.
2)     Uang giral, adalah uang yang dikeluarkan oleh bank umum berupa surat-surat berharga. Uang giral dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Contohnya cek, giro, kartu kredit/debit, uang elektronik (e-money), dan wesel pos.
3)     Uang kuasi, yaitu surat-surat berharga yang dapat dijadikan alat pembayaran atau uang yang berada di bank. Contohnya deposito berjangka, tabungan, serta rekening valuta asing milik swasta domestik.

2.      Permintaan Uang

Peran uang dalam suatu negara dapat mendorong kegiatan perekonomian. Permintaan uang merupakan keseluruhan jumlah uang yang ingin dimiliki suatu perusahaan maupun masyarakat atau sebagai kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai.
a.      Toeri Permintaan Uang
1)      Teori Klasik
Teori klasik memfokuskan pada hubungan antara jumlah uang beredar dan nilai uang atau tingkat harga. Salah satu contoh teori klasik yaitu teori kuantitas uang. Teori kuantitas uang dikembangkan oleh Irving Fisher. Teori ini menjelaskan perubahan jumlah uang beredar menimbulkan perubahan harga barang secara umum. Secara matematis, rumus teori kuantitas uang sebagai berikut.

M  x V = P x T

Keterangan :
M = Money (jumlah uang yang beredar)
V = Velocity circulation of money ( kecepatan peredaran uang)
P = Price (tingkat harga)
T = volume of trade (volume perdagangan
 







2)     Teori Keynes
Teori Keynes dikembangkan oleh John Maynard Keynes, ekonomi asal Inggris. Teori ini juga dikenal dengan teori liquidity preference. Dalam teori permintaan uang, Keynes menyatakan motif seseorang memegang uang tunai sebagai berikut.
a)     Motif transaksi
Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin banyak jumlah barang dan/atau jasa yang diminta.
b)     Motif berjaga-jaga
Uang berfungsi sebagai alat menghadapi ketidakpastian ekonomi pada masa depan.
c)      Motif spekulasi
Uang berfungsi sebagai alat ukur kekayaan. Bentuk kekayaan tersebut dapat menjadi investasi yaitu sumber untuk memperoleh keuntungan pada masa datang.
b.      Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Uang
Secara umum, faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang antara lain:
1)      tingkat pendapatan masyarakat yang bertambah
2)     tingkat suku bunga bank yang naik atau tinggi
3)     kekayaan masyarakat yang bertambah
4)     berubahnya selera masyarakat terhadap barang dan/atau jasa
5)     tingkat harga umum yang mengalami kenaikan
6)     adanya fasilitas pembelanjaan secara kredit
7)     serta sistem pembayaran yang berlaku dalam perekonomian.

3.      Penawaran Uang

Penawaran uang diartikan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat yang meliputi uang kartal dan uang giral. Penawaran juga diartikan jumlah uang kartal dan uang giral di luar sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik.
a.      Teori Penawaran Uang
Teori penawaran uang terdiri atas teori penawaran uang tanpa bank (sistem emas) dan teori penawaran uang modern.
1)      Teori Penawaran Uang Tanpa Bank
Teori ini dalam penciptaan uang tidak dipengaruhi oleh bank, tetapi sistem standar emas. Jumlah uang beredar tergantung pada ketersediaan emas dalam masyarakat. Penawaran uang akan meningkat apabila produksi emas meningkat.
2)     Teori Penawaran Uang Modern
Teori ini menggunakan sistem standar kertas dan otoritas moneter (pemerintah dan bank sentral), serta lembaga keuangan menjadi sumber terciptanya uang beredar.

b.      Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penawaran Uang
Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara. Faktor-Faktor yang memengaruhi jumlah uang beredar antara lain :
1)      Tingkat suku bunga bank
2)     tingkat pendapatan masyarakat
3)     jumlah penduduk yang besar
4)     tingkat produksi dan pendapatan nasional
5)     letak geografis suatu wilayah yang strategis
6)     penguasaan iptek
7)     perkembangan globalisasi ekonomi yang pesat
Peredaran jumlah uang sangat berpengaruh terhadap perekonomian. Kegiatan perekonomian tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya uang. Meskipun demikian, uang yang tersedia hendaknya dimanfaatkan secara bijak dan rasional serta bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sumber : Buku PR Ekonomi Intan Pariwara, dan sumber relevan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar